Bagi umat Islam, istilah hari wafat Isa
Almasih ini kurang tepat, karena menurut aqidah Islam, Nabi Isa
alaihissalam tidak mati dan tidak pula disalib. Agama yang meyakini
kematian Yesus di tiang salib adalah Kristen. Maka istilah yang lebih
tepat adalah Hari Kematian Yesus Kristus. Karena dalam pandangan
Kristen, Yesus adalah salah satu oknum Tuhan, maka istilah yang lebih
pas lagi adalah “Hari Ulang Tahun Kematian Tuhan Kristiani.” Di kalangan
Kristen, hari kematian Yesus itu masyhur dengan sebutan Jum’at Agung.
Ulang tahun kematian Yesus di tiang salib adalah salah satu inti iman Kristiani. Dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli (Credo Nicaeano-Constantinopolitanum), umat Kristen memakai tiga perkataan untuk menekankan keyakinan akan kematian Yesus: “Dan kepada Yesus Kristus, Anaknya yang tunggal, Tuhan kita... disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut.”
Sedemikian pentingnya makna salib dalam iman kristiani, sehingga tanpa adanya penyaliban Yesus, maka gugurlah keyakinan Kristen tentang dosa waris, penebusan dosa, Trinitas, dan ketuhanan Yesus.
Terkait dengan Hari Ulang Tahun Kematian Yesus, beberapa waktu lalu penulis mendapati buku berjudul Memfitnah Yesus karya Dr Erwin Lutzer di toko buku Gramedia. Buku setebal 167 halaman yang diterbitkan oleh Light Publishing Jakarta ini adalah terjemahan dari edisi asli dalam bahasa Inggris Slandering Jesus.
Secara khusus, buku apologetika kristiani ini didedikasikan untuk memerangi berbagai pandangan teologi yang menentang doktrin Kristen tentang penyaliban, kematian dan ketuhanan Yesus Kristus. Dengan telak, Erwin menuding paham-paham tentang Yesus yang bertolak belakang dengan Kristen sebagai kebohongan.
Dalam bab II, secara khusus Erwin menghantam Al-Qur'an sebagai kebohongan, karena membantah penyaliban Yesus. Dalam judul “Kebohongan 2: Yesus Tidak Disalibkan.” Di bawah judul tersebut, ia mencantumkan terjemah Al-Qur'an surat An-Nisa’ 157” (hlm. 39).
Menurut Erwin, kisah Al-Qur'an tentang kegagalan penyaliban Yesus adalah kebohongan. Alasannya, jika Tuhan menggagalkan penyaliban dengan membuat orang Yahudi salah tangkap, berarti Tuhan dalam Al-Qur'an bersalah atas tindak penipuan. Erwin menulis:
Ulang tahun kematian Yesus di tiang salib adalah salah satu inti iman Kristiani. Dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli (Credo Nicaeano-Constantinopolitanum), umat Kristen memakai tiga perkataan untuk menekankan keyakinan akan kematian Yesus: “Dan kepada Yesus Kristus, Anaknya yang tunggal, Tuhan kita... disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut.”
Sedemikian pentingnya makna salib dalam iman kristiani, sehingga tanpa adanya penyaliban Yesus, maka gugurlah keyakinan Kristen tentang dosa waris, penebusan dosa, Trinitas, dan ketuhanan Yesus.
Terkait dengan Hari Ulang Tahun Kematian Yesus, beberapa waktu lalu penulis mendapati buku berjudul Memfitnah Yesus karya Dr Erwin Lutzer di toko buku Gramedia. Buku setebal 167 halaman yang diterbitkan oleh Light Publishing Jakarta ini adalah terjemahan dari edisi asli dalam bahasa Inggris Slandering Jesus.
Secara khusus, buku apologetika kristiani ini didedikasikan untuk memerangi berbagai pandangan teologi yang menentang doktrin Kristen tentang penyaliban, kematian dan ketuhanan Yesus Kristus. Dengan telak, Erwin menuding paham-paham tentang Yesus yang bertolak belakang dengan Kristen sebagai kebohongan.
Dalam bab II, secara khusus Erwin menghantam Al-Qur'an sebagai kebohongan, karena membantah penyaliban Yesus. Dalam judul “Kebohongan 2: Yesus Tidak Disalibkan.” Di bawah judul tersebut, ia mencantumkan terjemah Al-Qur'an surat An-Nisa’ 157” (hlm. 39).
Menurut Erwin, kisah Al-Qur'an tentang kegagalan penyaliban Yesus adalah kebohongan. Alasannya, jika Tuhan menggagalkan penyaliban dengan membuat orang Yahudi salah tangkap, berarti Tuhan dalam Al-Qur'an bersalah atas tindak penipuan. Erwin menulis:
“Menurut
Al-Qur'an, orang-orang Yahudi tidak berhasil membunuh Yesus, yang
disebut sebagai rasul Tuhan. Beberapa penerjemah Muslim mengatakan
bahwa orang-orang Yahudi membunuh seseorang yang dibuat Yesus tampak
seperti Yesus. Tetapi hal ini akan membuat Tuhan bersalah atas penipuan
dan ilusi. Mengapa Tuhan mau ikut serta dalam suatu tindakan yang menipu
dan tidak jujur dengan menciptakan seseorang yang tampak seperti Yesus
dan membuat orang yang tidak bersalah ini mati sebagai ganti Yesus?
Tuhan pastinya bersalah karena tindak penipuan, memimpin orang-orang
untuk percaya bahwa yang disalibkan itu adalah Yesus padahal
kenyataannya itu adalah orang lain.” (hlm. 41).
Ayat Al-Qur'an yang digugat DR Erwin
adalah sbb: “Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa) dan tuduhan
mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina), dan karena ucapan
mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam,
Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula)
menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan
dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham
tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang
dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh
itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin
bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa” (Qs An-Nisa’ 157).
Menurut ayat tersebut, orang-orang kafir tidak berhasil menangkap dan menyalib Nabi Isa, apalagi sampai membunuhnya. Karena yang mereka tangkap lalu mereka salibkan ialah orang lain yang diserupakan dengan Nabi Isa.
Menurut ayat tersebut, orang-orang kafir tidak berhasil menangkap dan menyalib Nabi Isa, apalagi sampai membunuhnya. Karena yang mereka tangkap lalu mereka salibkan ialah orang lain yang diserupakan dengan Nabi Isa.
...laporan penyaliban dalam Bibel penuh kontradiktif dan keraguan...
Para mufassir memahamkan surat An-Nisa’
157 bahwa Nabi Isa sama sekali tidak disalib dan dibunuh, karena yang
disalib dan dibunuh adalah orang lain yang diserupakan dengan Nabi Isa.
Prof Dr H Mahmud Yunus dalam Tafsir Al-Qur’anul Karim menerjemahkan
ayat tersebut, “Sebenarnya Isa itu bukan mereka bunuh atau mereka
salibkan, tetapi yang mereka salib itu, adalah orang yang serupa dengan
Isa, yang telah dibuat samar” (hlm. 94). Prof Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar
menyatakan, “Syubbiha artinya disamarkan. Yaitu diadakan orang lain,
lalu ditimbulkan sangka dalam hati orang yang hendak membunuh itu bahwa
orang lain itulah Isa” (Juz 6 hlm. 21).
Penyerupaan wajah orang lain menjadi Yesus sehingga proses penyaliban menjadi salah alamat tersebut, juga didukung data-data dalam Bibel bahwa:
Penyerupaan wajah orang lain menjadi Yesus sehingga proses penyaliban menjadi salah alamat tersebut, juga didukung data-data dalam Bibel bahwa:
- Penangkapan dilakukan pada waktu gelap (Yohanes 18:3).
- Salah tangkap menjadi semakin mungkin, karena Yesus punya mukjizat dapat merubah wajah (Matius 17:2).
- Para tentara yang melakukan penangkapan tidak ada yang mengenal wajah Yesus, sehingga mereka harus menyewa Yudas untuk menunjukkan siapa Yesus, dengan upah 30 keping uang perak (Matius 26:15).
KISAH PENYALIBAN YESUS PATUT DIRAGUKAN
Pernyataan Al-Qur'an bahwa orang-orang
berselisih paham dan ragu-ragu tentang pembunuhan Isa adalah kebenaran
yang tak dapat disangkal. Buktinya, laporan penyaliban dalam Bibel penuh
kontradiktif dan keraguan, misalnya soal waktu penyaliban.
- Menurut Injil Markus 15:25, Yesus disalib pada jam 9: “Hari jam sembilan ketika ia (Yesus) disalibkan.”
- Padahal menurut Injil Yohanes 19:14, pada jam 12 Yesus masih belum disalib: “Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas.”
- Sementara kedua Injil lainnya, yaitu Matius dan Lukas abstain tidak menulis apapun tentang waktu penyaliban.
Kontradiksi penyaliban Yesus masih banyak lagi, bisa dibaca dalam buku Dokumen Pemalsuan Alkitab terbitan Victory Press.
Penyelamatan terhadap Nabi Isa dari penyaliban adalah tindakan yang sangat tepat dan terhormat. Bukankah Bibel sendiri mengakui bahwa orang yang mati di tiang salib adalah manusia terkutuk:
Penyelamatan terhadap Nabi Isa dari penyaliban adalah tindakan yang sangat tepat dan terhormat. Bukankah Bibel sendiri mengakui bahwa orang yang mati di tiang salib adalah manusia terkutuk:
“…Sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” (Galatia 3: 13).
Penyelamatan Tuhan dalam terhadap Nabi Isa dari penyaliban orang-orang kafir adalah tindakan yang Maha Tepat, bukan tipuan seperti tudingan Erwin Lutzer.
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya” (Qs. Ali Imran 54).
Maka sungguh aneh tudingan Dr Erwin Lutzer bahwa Tuhan dalam Al-Qur'an melakukan kesalahan dan penipuan. Rupanya Erwin lebih memihak orang kafir yang menginginkan kematian Nabi Isa dengan cara yang terkutuk.
Penyelamatan Tuhan dalam terhadap Nabi Isa dari penyaliban orang-orang kafir adalah tindakan yang Maha Tepat, bukan tipuan seperti tudingan Erwin Lutzer.
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya” (Qs. Ali Imran 54).
Maka sungguh aneh tudingan Dr Erwin Lutzer bahwa Tuhan dalam Al-Qur'an melakukan kesalahan dan penipuan. Rupanya Erwin lebih memihak orang kafir yang menginginkan kematian Nabi Isa dengan cara yang terkutuk.
LAPORAN BIBEL TENTANG PENYALIBAN YESUS DIRAGUKAN
Setelah menuding Al-Qur'an berbohong
soal keselamatan Yesus dari penyaliban, Dr Erwin Lutzer, mencoba
membandingkan validitas Al-Qur'an dan Bibel. Menurutnya, Bibel lebih
dipercaya karena Injil saksi mata sehingga laporannya lebih akurat
ketimbang Al-Qur'an yang ditulis lebih dari 500 tahun kemudian oleh
seorang Muhammad yang bukan saksi mata. Erwin menulis:
“Kitab
Injil melaporkan mengenai kematian Yesus dengan kesadaran akan keadaan
yang sebenarnya dan secara mendetail yang hanya dapat dilakukan oleh
mereka yang merupakan saksi mata dari peristiwa tersebut. Selain para
tentara Romawi, banyak orang yang berkumpul untuk melihat apa yang
sedang terjadi saat itu” (hlm. 44).
Dalam pernyataan tersebut, Lutzer
berdusta terhadap para murid Yesus, karena para murid Yesus bukanlah
saksi mata penyaliban. Terbukti, menurut Bibel, ketika Yesus dibekuk
tentara kafir, semua muridnya lari tunggang-langgang meninggalkan Yesus
(Markus 14: 46-50).
...Lutzer berdusta terhadap para murid Yesus, karena para murid Yesus bukanlah saksi mata penyaliban...
Bahkan ketika dihadapkan di pengadilan,
Yesus sangat membutuhkan pembelaan para muridnya. Tetapi semua murid
Yesus tak satupun yang melakukan pembelaan. bahkan Petrus, murid
kesayangan Yesus, justru menyangkal dan mengaku tak kenal dengan Yesus
(Markus 14: 68-71).
Para penulis keempat Injil pun tak satupun yang menyaksikan peristiwa dengan mata kepalanya. Semua penulis Injil ini bukan murid Yesus, bahkan Injil Markus sampai sekarang masih belum diketahui dengan pasti siapa pengarangnya, karena ia tidak menperkenalkan diri dalam Injil yang ditulisnya. Perhatikan komentar Lembaga Biblika Indonesia dalam Tafsir Injil Markus berikut:
“Pengarang Injil Markus adalah murid Petrus dari Roma, yang menyebutnya 'Markus, anakku'” (I Petrus 5: 13). Belum jelas apakah Markus ini sama dengan Yohanes Markus dari Yerusalem, anak Maria, yang tempatnya digunakan untuk berkumpul dan berdoa jemaat Kristen pertama (Kisah Para Rasul 12: 12).
Tanpa memperkenalkan diri, Markus memulai penulisannya: “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.” Dalam karyanya, Markus tidak menonjolkan diri. Juga tidak menyebut nama sendiri atau menambahkan sesuatu yang dapat menyingkapkan kepribadiannya” (hlm. 9-10).
Jika pengarang Injil itu masih misterius, maka mempercayai karya tulisnya sebagai dasar keimanan adalah kepercayaan yang misterius.
Para penulis keempat Injil pun tak satupun yang menyaksikan peristiwa dengan mata kepalanya. Semua penulis Injil ini bukan murid Yesus, bahkan Injil Markus sampai sekarang masih belum diketahui dengan pasti siapa pengarangnya, karena ia tidak menperkenalkan diri dalam Injil yang ditulisnya. Perhatikan komentar Lembaga Biblika Indonesia dalam Tafsir Injil Markus berikut:
“Pengarang Injil Markus adalah murid Petrus dari Roma, yang menyebutnya 'Markus, anakku'” (I Petrus 5: 13). Belum jelas apakah Markus ini sama dengan Yohanes Markus dari Yerusalem, anak Maria, yang tempatnya digunakan untuk berkumpul dan berdoa jemaat Kristen pertama (Kisah Para Rasul 12: 12).
Tanpa memperkenalkan diri, Markus memulai penulisannya: “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.” Dalam karyanya, Markus tidak menonjolkan diri. Juga tidak menyebut nama sendiri atau menambahkan sesuatu yang dapat menyingkapkan kepribadiannya” (hlm. 9-10).
Jika pengarang Injil itu masih misterius, maka mempercayai karya tulisnya sebagai dasar keimanan adalah kepercayaan yang misterius.
...Jika para penulis Injil itu adalah saksi mata terjadinya penyaliban Yesus, maka bisa dipastikan kontradiksi kronologis itu tidak perlu terjadi...
KONTRADIKSI CERITA PENYALIBAN DALAM BIBEL
Kesimpulan bahwa para penulis Injil
bukan saksi mata cerita penyaliban dalam Bibel, semakin diperkuat dengan
banyaknya kontradiksi kronologis kisah penyaliban Yesus, misalnya:
a. Tulisan apa yang ada di atas kayu salib?
a. Tulisan apa yang ada di atas kayu salib?
Injil Matius 27:37 melaporkan bahwa di
atas salib Yesus terpampang tulisan “Inilah Yesus Raja orang Yahudi”.
Sedangkan Injil Markus 15: 26 melaporkan bahwa tulisan itu berbunyi
“Raja orang Yahudi”. Lukas 23:38 membaca bahwa tulisan di salib Yesus
adalah “Inilah raja orang Yahudi”. Sangat berbeda dengan laporan Yohanes
19:19 “Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi”. Ini adalah
pertentangan yang nyata.
b. Berapa orang yang mencaci maki Yesus di atas kayu salib?
b. Berapa orang yang mencaci maki Yesus di atas kayu salib?
Menurut Matius 27:44 dan Markus 15: 32,
ada dua orang yang mencaci maki Yesus di atas kayu salib. Sedangkan
Lukas 3:39 me¬la¬por¬¬kan bahwa yang mencaci Yesus hanya satu orang
saja. Jelas kontradiksi, bukan?
c. Apakah Yesus mengecap anggur bercampur empedu?
c. Apakah Yesus mengecap anggur bercampur empedu?
Matius 27: 33-34 melaporkan bahwa Yesus
mengecapnya. Sebaliknya, Markus 15: 23 melaporkan bahwa di atas tiang
salib Yesus malah menolak anggur. Bukankah ini sangat kontradiktif?
d. Apakah teriakan Yesus waktu disalib?
d. Apakah teriakan Yesus waktu disalib?
Menurut Matius 27: 46-52 dan Markus 15:
34-38, sebelum mati Yesus berteriak “Eli, Eli, lama sabakhtani”,
sedangkan Lukas 23: 45-46 mengatakan bahwa teriakan Yesus itu adalah “Ya
Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan nyawaku”. Ini pertentangan ayat yang
tidak bisa ditemukan, bukan??
e. Siapakah yang menurunkan tubuh Yesus dari tiang salib?
e. Siapakah yang menurunkan tubuh Yesus dari tiang salib?
Matius 27: 59-60, Markus 15: 45-46 dan
Lukas 23: 53 melaporkan bahwa yang menurunkan mayat Yesus dari tiang
salib adalah Yusuf Arimatea sendiri. Tetapi Yohanes 19:38-42 membantah
dan melapor¬kan bahwa yang menurunkan adalah Yusuf Arimatea dan
Nicodemus. Ini jelas dua versi kisah yang saling berbeda!!
Jika para penulis Injil itu adalah saksi
mata terjadinya penyaliban Yesus, maka bisa dipastikan kontradiksi
kronologis itu tidak perlu terjadi. Adanya kontradiksi kronologis itu
membuktikan bahwa para penulis Injil itu bukanlah saksi mata.
Kemungkinan lainnya, kontradiksi itu terjadi bila para penulis Injil
adalah orang-orang yang ceroboh atau lemah ingatan.
...Daripada menggugat kitab suci agama lain, lebih bermanfaat bagi Dr Erwin Lutzer jika ia menyelidiki dan memperbaiki kekisruhan Alkitab (Bibel)...
Maka, gugatan Dr Erwin Lutzer terhadap
Al-Qur'an tidak relevan dan upaya pemborosan energi. Daripada menggugat
kitab suci agama lain, lebih bermanfaat bagi Dr Erwin Lutzer jika ia
menyelidiki keruwetan dan problematika Alkitab (Bibel) yang mengisahkan
penyaliban Yesus dengan seribu satu kerumitan.
Sumber : voa-islam.com