Ketika Sore datang sang senja mulai tenggelam begitu juga mentari yang mulai meredup, saat itulah aku songsong malam hari yang selalu jadi misteri.
Seringkali aku merenung nampaknya malam ini sedang murung, malam nampak terlena, malam nampak gelisah dengan ketidakpastiannya. Sesekali aku merasa malam seperti karang ditengah lautan, mencoba tegar menghadapi ketakutannya sendiri.
Bahagiaku tak terkira bila malam tampil bersama kawan sejatinya, ada bulan yang selalu menemani kemanapun malam datang dan pergi, ada bintang yang memancarkan keindahan dan gemerlap malam.
Semua menjadi satu dalam kegembiraan yang tak terlukiskan. Apalagi bila malam tiba, mampu memberi kehangatan kepada manusia dan seluruh makhluk penghuni jagad raya.
Saat seperti inilah aku merasa malam mampu untuk tersenyum.
Namun saat awan kelam datang, perubahan kondisi bergerak begitu cepat, bulan yang selalu menemani terpaksa berlindung dibalik gumpalan awan, bintang tidak sama sekali bersinar. Lantas seketika malam pun sedikit meredup, senyum indah yang mulai terlihat kembali mengkerut, hening hening gelisah keadaan malam.
Sementara dari pojokan alam, riuh rendahnya rerumputan, lalu lalang manusia, menggeliatkan bahwa malam tidak sendiri, malam masih ada teman meski bulan dan bintang “berkhianat” kepada malam.
Sungguh tegar kau malam, saat tak tersenyum masih saja memberikan kehidupan kepada semua makhluk. Memberikan kenyamanan untuk manusia melepaskan penat. Memberi ruang kepada insan malam mencari nafkah, menemani manusia untuk sekedar memuaskan hasrat, mengiringi para pemulung, para pedagang untuk menyambung kehidupan esok hari.
Mungkin aku tidak pernah mendengar malam mengeluh, meskipun malam selalu dikotori oleh insan bejad dari berbagai penjuru. Insan yang melakukan pemerkosaan, insan yang melakukan pesta pora dunia, insan yang memanfaatkan malam untuk melakukan perampokan, melakukan pesugihan, melakukan perencanaan kejahatan, berzina atau hanya sekedar menenggak minuman keras dan dan menikmati racun Narkotika.
Tapi apakah malam melampiaskan kemarahan? Nyatanya tidak.
Mungkin malam sesekali mengekspresikan kegelisahannya dengan menurunkan air hujan, menggaduhkan suasana dunia dengan petir dan gledeknya. Hanya itu, mungkin itu, yang ia bisa lakukan untuk membersihkan dunia dari kebejadan meski hanya sesaat.
Namun ketika aku melihat dari kacamata yang lain, aku menemukan keistimewaan malam dan mungkin ini pelajaran dari malam untuk pentingnya hidup seimbang.
Saat banyak insan yang melakukan kebejadan, tak sedikit juga insan yang memperlakukan malam dengan suatu situasi penuh keberkahan.
Ada insan yang menghabiskan malam untuk berdzikir dan mendekatkan diri kepada-Nya, bersembahyang mencari ketenangan dan jawaban hidup, melaksanakan perintah untuk mendiri dan menghidupkan qiyamul lail, untuk belajar ditengah keheningan malam, bahkan walau hanya untuk sekedar menyiapkan barang dagangan.
Subhanalloh.. Luar Biasa pelajaran yang kau berikan malam.
Namun aku kadang suka berpikir, apakah insan bernyawa merasakan pelajaran dari sang malam ini. Hemph, Biarlah aku tak peduli dengan mereka-mereka, mungkin geram dihatiku beranggapan insan tersebut hanya menjadikan malam sebagai kondisi untuk melepaskan keletihan, kepenatan, kejenuhan setelah seharian beraktifitas. Berapa waktu yang kau berikan dalam sehari, seminggu, sebulan, setahun untuk merasakan pelajaran dari sang malam. Satu batasan rendah jika kau tidak mau belajar dengannya adalah minimal kau mampu mengucapkan terima kasih kepada malam.
Jangan kau hanya mau menikmati pelayanan sang malam saja, memang malam tidak pernah marah meskipun kita melupakan bahkan mengacuhkannya. Tapi sejenak luangkanlah waktumu untuk bersyukur dengan adanya malam. Tak akan pernah terbayang jika 24 jam semuanya siang. Kapan kau akan istirahat ? kapan kau akan mendapatkan keheningan dunia ?.
Tapi aku tak akan memaksamu, apalagi menyeret dan menelanjangimu untuk bersujud kepada malam.
Ya inilah sesuatu yang hanya merupakan jeritan pribadi dan hatiku, yang ingin selalu menawarkan sesuatu diantara ketidak adaan.
“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya”. QS Al Qashash : 173
Seringkali aku merenung nampaknya malam ini sedang murung, malam nampak terlena, malam nampak gelisah dengan ketidakpastiannya. Sesekali aku merasa malam seperti karang ditengah lautan, mencoba tegar menghadapi ketakutannya sendiri.
Bahagiaku tak terkira bila malam tampil bersama kawan sejatinya, ada bulan yang selalu menemani kemanapun malam datang dan pergi, ada bintang yang memancarkan keindahan dan gemerlap malam.
Semua menjadi satu dalam kegembiraan yang tak terlukiskan. Apalagi bila malam tiba, mampu memberi kehangatan kepada manusia dan seluruh makhluk penghuni jagad raya.
Saat seperti inilah aku merasa malam mampu untuk tersenyum.
Namun saat awan kelam datang, perubahan kondisi bergerak begitu cepat, bulan yang selalu menemani terpaksa berlindung dibalik gumpalan awan, bintang tidak sama sekali bersinar. Lantas seketika malam pun sedikit meredup, senyum indah yang mulai terlihat kembali mengkerut, hening hening gelisah keadaan malam.
Sementara dari pojokan alam, riuh rendahnya rerumputan, lalu lalang manusia, menggeliatkan bahwa malam tidak sendiri, malam masih ada teman meski bulan dan bintang “berkhianat” kepada malam.
Sungguh tegar kau malam, saat tak tersenyum masih saja memberikan kehidupan kepada semua makhluk. Memberikan kenyamanan untuk manusia melepaskan penat. Memberi ruang kepada insan malam mencari nafkah, menemani manusia untuk sekedar memuaskan hasrat, mengiringi para pemulung, para pedagang untuk menyambung kehidupan esok hari.
Mungkin aku tidak pernah mendengar malam mengeluh, meskipun malam selalu dikotori oleh insan bejad dari berbagai penjuru. Insan yang melakukan pemerkosaan, insan yang melakukan pesta pora dunia, insan yang memanfaatkan malam untuk melakukan perampokan, melakukan pesugihan, melakukan perencanaan kejahatan, berzina atau hanya sekedar menenggak minuman keras dan dan menikmati racun Narkotika.
Tapi apakah malam melampiaskan kemarahan? Nyatanya tidak.
Mungkin malam sesekali mengekspresikan kegelisahannya dengan menurunkan air hujan, menggaduhkan suasana dunia dengan petir dan gledeknya. Hanya itu, mungkin itu, yang ia bisa lakukan untuk membersihkan dunia dari kebejadan meski hanya sesaat.
Namun ketika aku melihat dari kacamata yang lain, aku menemukan keistimewaan malam dan mungkin ini pelajaran dari malam untuk pentingnya hidup seimbang.
Saat banyak insan yang melakukan kebejadan, tak sedikit juga insan yang memperlakukan malam dengan suatu situasi penuh keberkahan.
Ada insan yang menghabiskan malam untuk berdzikir dan mendekatkan diri kepada-Nya, bersembahyang mencari ketenangan dan jawaban hidup, melaksanakan perintah untuk mendiri dan menghidupkan qiyamul lail, untuk belajar ditengah keheningan malam, bahkan walau hanya untuk sekedar menyiapkan barang dagangan.
Subhanalloh.. Luar Biasa pelajaran yang kau berikan malam.
Namun aku kadang suka berpikir, apakah insan bernyawa merasakan pelajaran dari sang malam ini. Hemph, Biarlah aku tak peduli dengan mereka-mereka, mungkin geram dihatiku beranggapan insan tersebut hanya menjadikan malam sebagai kondisi untuk melepaskan keletihan, kepenatan, kejenuhan setelah seharian beraktifitas. Berapa waktu yang kau berikan dalam sehari, seminggu, sebulan, setahun untuk merasakan pelajaran dari sang malam. Satu batasan rendah jika kau tidak mau belajar dengannya adalah minimal kau mampu mengucapkan terima kasih kepada malam.
Jangan kau hanya mau menikmati pelayanan sang malam saja, memang malam tidak pernah marah meskipun kita melupakan bahkan mengacuhkannya. Tapi sejenak luangkanlah waktumu untuk bersyukur dengan adanya malam. Tak akan pernah terbayang jika 24 jam semuanya siang. Kapan kau akan istirahat ? kapan kau akan mendapatkan keheningan dunia ?.
Tapi aku tak akan memaksamu, apalagi menyeret dan menelanjangimu untuk bersujud kepada malam.
Ya inilah sesuatu yang hanya merupakan jeritan pribadi dan hatiku, yang ingin selalu menawarkan sesuatu diantara ketidak adaan.
“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya”. QS Al Qashash : 173