Idealisme dan Pragmatisme awalnya merupakan istilah dalam ilmu filsafat, yang kini telah populer kita dengar dalam segala pembicaraan. Keduanya itu dua kata yang berlawanan arti yang mempunyai kutub yang berbeda. Perbedaan antara keduanya itu adalah; Idealisme berusaha membuat segala sesuatu pada kondisi yang paling sempurna yang statis dan terprediksi. Sementara Pragmatisme melihat sesuatu selalu berubah dan tumbuh, dimana yang terpenting adalah substansi kebermanfaatan praktis bagi manusia.
Idealisme melihat dunia dalam hitam dan putih, dan tentunya berusaha mengarahkan semua perilaku pada area putih. Sedangkan Pragmatisme memiliki daerah abu-abu yang bahkan lebih luas dari hitam dan putih jika digabungkan. Inilah Antara idealisme dan pragmatisme dari sudut pandang ilmu filsafat.
Idealisme umumnya tumbuh dari kalangan akademis. Mereka adalah kalangan yang dalam bahasa Cak Nur "tercerahkan" dan kritis terhadap kondisi masyarakat. Ekstraksi sebuah penelitian akan memunculkan solusi atas permasalahan beserta prediksi keseimbangan dan pencapaian cita-cita. Negeri ini merdeka karena idealisme pemuda yang menginginkan kemerdekaan atas perjuangan sendiri, bukan hasil belas kasihan pemberian negara lain.
Pemikiran dan penelitian di kalangan akademis akan memunculkan kondisi-kondisi indah yang diharapkan oleh masyarakat. Kondisi dan situasi tersebut dapat terwujud dengan perilaku dan persyaratan lainnya. Berbagai varibel persyaratan untuk mewujudkan kondisi ideal dirumuskan dan disebarluaskan sebagai sebuah teori ilmiah.
Disisi lain, pada kenyataannya untuk sampai pada target sasaran itu tidaklah seindah teori yang didengungkan, tidak semua variable di dunia nyata dapat teridentifikasi apalagi dikontrol, seperti dalam eksperimen laboratorium di kampus atau sekolah. Variabel perilaku manusia, apalagi masyarakat, sama sekali berbeda dan tidak ada generalisasi yang paling ampuh. Mau tidak mau, semua permasalahan yang terjadi harus dikerjakan secara praktis dengan peralatan yang ada dan tersedia di dunia riil.
Mobil listrik dan kendaraan hybrid lainnya merupakan produk ilmiah yang memiliki idealisme tinggi untuk mengurangai bahan bakar fosil. Namun proyek tersebut masih lemah dalam sisi praktisnya. Sebuah alat penghemat bahan bakar minyak memiliki sisi praktis yang cukup tinggi, namun idealisme menggunakan energi terbarukan pun sedikit terpinggirkan.
Lalu dalam kehidupan keseharian kita mana yang akan dipilih? Menjunjung tinggi idealisme namun ada kemungkinan kelaparan, atau berpihak pada pragmatisme namun rentan terhadap benturan hukum dan norma?
Jawabannya ada pada Anda sendiri...