Ketika aku merenung duduk menengadah diatas kursi dibawah kesejukan pohon rindang, tak terasa kini umurku 15 tahun. Kini saatnya aku untuk berfikir kemana aku harus melanjutkan sekolahku. Hingga terlintas suatu hal dalam benakku yang menjadi landasan untuk aku ingin melanjutkan sekolahku kemana, yaitu suatu zat yang selama ini aku lupakan, suatu zat yang memberi tujuan hidup, suatu zat yang maha pencipta, yaitu Allah SWT. dan aku selama hidup disekolah menengah ini melupakannya, melupakan sang pencipta, itulah mungkin yang membuat hampa hidupku selama ini.
Setiap harinya aku hanya berfokus pada kesibukkan duniawi, sedang al-Qur’an dan as-Sunnah kulupakan begitu saja. Bahkan shalat lima waktu yang ku tahu sebagai landasan dan pondasi agamaku yang diturunkan langsung tanpa perantara malaikat jibril sering aku tinggalkan. Maka untuk membalaskan kesalahan dan kekhilafanku dimasa lalu aku akan masuk atau melanjutkan sekolahku ke madrasah untuk lebih mengenal agamaku, agama dengan landasan al-Qur’an dan as-Sunnah dan berpondasikan shalat lima waktu dengan resiko apapun, dan inilah takdir yang ku tentukan.
Awal aku masuk Pesantren, aku dikenalkan ta’aruf dan orientasi pelajar. Sebagai seorang dengan kini berstatus sebagai santri aku masuk kesini dengan nilai yang lumayan dan aku masuk ke kelas DW (Diniyyah Wustha) atau pertengahan antara MTs dan MA. Pelajaran yang diberikan semua adalah pelajaran agama Mts dari kelas 1-3. Mula-mulanya memang sangat susah tapi dengan usahaku ku coba hingga aku mendapatkan peringkat terbaik dikelas. Jikalau aku ketika bersekolah dulu aku mengenal apa yang dinamakan OSIS, maka disini aku mengenal apa yang dinamakan Rijaalul Ghad (bapak masa depan) dan Ummahatul Ghad (ibu masa depan) organisasi inilah yang akan memberikan landasan hidup al-Qur’an dan as-Sunnah pada setiap apa yang dijalani di Pesantren ini.
Setelah menamatkan sekolahku, lulus dengan nilai yang memuaskan dan kini aku berjanji untuk mengamalkan apa yang aku tahu kepada mereka selaku masyarakat yang awam. Inilah hidupku kini, dahulu aku buta tak bisa melihat karena tak ada cahaya tapi kini akulah yang akan menjadi cahaya bagi mereka yang butuh akan agama. Terimakasih Tuhan telah mengingatkanku atas keagungan-Mu.
Apriza Akbar Fauzi
VIII A Tsanawiyyah
Pesantren Persatuan Islam 67 Benda
Kota Tasikmalaya