Kebahagiaan yang Sebenarnya. Kebahagiaan tidak diukur dengan harta, pangkat, dan segala kemewahan duniawi. Tetapi kebahagiaan itu terletak pada ketenangan hati.
Banyak orang yang
kaya dengan harta,
tapi kekayaannya tidak membuat hatinya tenang. Kekayaan yang ia kumpulkan justru menyibukan dirinya untuk selalu mengejar kekurangan. Sebanyak apapun harta yang sudah ia miliki, selalu dianggapnya kurang.
Allah berfirman: “Bermagah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk keliang kubur.”
Begitulah kebiasaan manusia dalam mengejar kekayaan.Tidak pernah puas. Punya satu mobil, ingin menjadi dua.Punya dua mobil, ingin jadi tiga, dan seterusnya.
Rasulullah bersabda: “Kaya yang sebenarnya adalah ketenangan jiwa.”
Ketenangan jiwa adalah suatu anugrah dari Allah yang sangat berharga. Banyak orang yang merindukannya,
tapi sedikit orang
yang mendapatkannya. Hal
ini disebabkan karena banyak manusia yang lupa kepada penciptanya, lupa kepada Dzat yang memberinya kebahagiaan, dan lupa tentang siapa yang sebenarnya telah menciptakan ketenangan jiwa.
Allah SWT
berfirman:“Dialah (Allah) yang telah menurunkan ketenangan pada hati orang-orang yang beriman
agar keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang sudah ada).”
Dari ayat di atas kita dapat menyimpulkan bahwa seseorang yang menginginkan kebahagiaan, ingin ketenangan jiwa, hendaklah mereka ingat kepada penciptanya. Seseorang yang menginginkan kebahagiaan, ingin ketenangan jiwa, tapi ia lupa terhadap penciptanya, maka segala yang ia inginkan hanya sia-sia belaka.
Oleh karena itu marilah kita kejar terus kebahagiaan itu, dengan selalu ingat kepada Allah yang menentukan kebahagiaan. Berusaha terus untuk memperoleh ketenangan jiwa, dengan bertaqwa kepada Allah yang member ketenangan.
Allah berfirman:“Barangsiapa
yang mena`ati Allah dan RasulNya,
maka ia akan bersama orang-orang yang
dianugrahi nikmat oleh Allah SWT, yaitu paraNabi, Shiddiqin, para Syuhada, dan orang-orang shaleh.
Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah dan Allah cukup mengetahui.”
Demikianlah kebahagiaan yang dicapai oleh orang-orang yang ta`at kepada Allah dan RasulNya. Dan ini adalah janji dari Allah terhadap orang-orang
yang patuh kepada Nya, bukan terhadap orang-orang yang mendurhakai Tuhannya. Coba kita renungkan, mana mungkin seseorang bias memperoleh kebahagiaan, jika ia mendurhakaiTuhannya. Orang-orang
yang tidak ta`at kepada Allah beranggapan bahwa kebahagiaan terletak pada harta yang menumpuk. Tapi anggapan seperti itu salah besar. Mereka telah lupa bahwa kemegahan, kedudukan, jabatan,
dan semua kemewahan dunia itu pasti akan rusak, tidak ada yang abadi.
Saudara-saudaraku,
tahukah kalian bahwa dunia ini, dunia yang kita tempati ini, itu hanya tempat lintasan saja dalam rangkaian jalan menuju akhirat. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S.
Al-Mu`min:39:“Hai hamba Ku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan sementara dan sesungguhnya akhirat itu adalah negeri yang kekal.”
Bagi orang yang
menyadari bahwa hidup di dunia hanya sementara, semestinya harus giat mengumpulkan bekal untuk persiapan dalam perjalanan menuju akhirat yang abadi. Sebab ibarat seorang musafir yang akan menempuh perjalanan jauh, tentu harus mempersiapkan diri dengan mengumpulkan bekal sebanyak mungkin untuk keperluan dalam perjalanan, sehingga dengan perbekalan itu diharapkan agar dapat mencapai tujuan dengan selamat. Karena itu, marilah kita berusaha mengumpulkan bekal untuk kehidupan di akhirat dan jangan sekali-kali kehidupan dunia dengan segala kemewahannya menggelincirkan kita hingga lupa kepada akhirat.
Wihdatul Islami Pathurahman
XII IPA B Mu’allimien
Pesantren Persatuan Islam 67 Benda
Kota Tasikmalaya