Kata cinta selain mengandung unsur perasaan aktif, juga menyatakan tindakan aktif. Pengertiannya sama dengan kasih sayang. Kalau seseorang mencintai orang lain, artinya orang itu berperasaan suka terhadap orang lain tersebut. Cinta memegang peranan yang relative dalam kehidupan manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam kehidupan. Demikian pula cinta, adalah pengikat yang kokoh antara manusia dengan Tuhan-Nya sehingga manusia menyembah Tuhan dengan ikhlas, mengikuti perintah-Nya, dan berpegang teguh pada syari’at – Nya.
Agar manusia dapat memanifestasikan cintanya dengan benar kepada Tuhan-Nya, maka Allah telah memilih seorang hamba-Nya, untuk dijadikan contoh dalam kehidupan sebagai Uswatun Hasanah, contoh ideal yang sempurna bagi manusia.
“ Dan sesungguhnya kamu benar – benar berbudi pekerti yang agung “ (Q.S 68 : 4).
“ Sungguh telah ada bagimu dari Rasulullaah sebagai uswatun hasanah “ (Q.S Al – Ahzab : 21)
Kecintaan umat Islam terhadap Rasulullaah Saw, sebagai uswatun hasanah sangat besar. Hal ini terlihat dari aktivitas umat Islam sendiri. Apabila bulan Rabiulawwal tiba, sebagian umat Islam sibuk dengan acara – acara ritual keagamaan yang konon katanya sebagai bentuk kecintaan mereka terhadap Rasulullaah Saw. Mereka rela mengorbankan harta bendanya yang tidak sedikit demi memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Terlebih didaerah – daerah tertentu, pelaksanaan maulid nabi itu berlangsung selama satu bulan penuh disertai dengan berbagai macam pernak – perniknya.
Hal itu mereka lakukan karena terdorong oleh rasa cinta yang bersumber dari keyakinan keagamaan. Karena memang pengabdian atau pengorbanan atas dasar keyakinan merupakan pendorong yang paling kuat bagi seseorang atau kelompok dalam kehidupannya. Misalnya keyakinan terhadap kehidupan akhirat yang langgeng merupakan pertimbangan yang kuat untuk mengabdi kepada Allah SWT.
Agar keyakinan (yang berfungsi sebagai pendorong pengabdian dan pendorongan) tidak bengkok, maka sebagian pemahaman terhadap ajaran agama harus benar sesuai dengan yang dikehendaki syar’i, untuk membuktikan cinta kita pada Rasul yang juga sebagai bukti cinta kita kepada Allah SWT. Allah SWT telah berfirman dalam surat Ali – Imron ayat 31 “katakanlah : jika kamu (benar – benar) mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa – dosakamu. Sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang“.
“Cinta seorang mu’min kepada Allah dan Rasulnya melebihi cintanya kepada segala sesuatu yang ada didalam kehidupan ini“ (Q.S 9 : 24)
Berdasarkan keterangan diatas, jelaslah bahwa untuk membuktikan cinta kita kepada Rasulullah sekaligus bukti cinta kita kepada Allah tiada lain dengan ittiba’ (mengikuti) Rasulullah dan menghidupkan sunnahnya, Bukan hanya sekedar mengingatnya, memperingatinya atau memujinya dengan berbagai macam bacaan sholawat yang tidak dicontohkan oleh nabi.
Untuk mengetahui seberapa cinta kita kepada Rasulullah maka, “ sudah sejauh mana pengabdian dan pengorbanan kita dalam mengikuti / menjalani sunahnya ? ”.
Milzamulhaq Mardiya
XI IPA 1 Mu’allimin
Pesantren Persatuan Islam 67 Benda
Agar manusia dapat memanifestasikan cintanya dengan benar kepada Tuhan-Nya, maka Allah telah memilih seorang hamba-Nya, untuk dijadikan contoh dalam kehidupan sebagai Uswatun Hasanah, contoh ideal yang sempurna bagi manusia.
“ Dan sesungguhnya kamu benar – benar berbudi pekerti yang agung “ (Q.S 68 : 4).
“ Sungguh telah ada bagimu dari Rasulullaah sebagai uswatun hasanah “ (Q.S Al – Ahzab : 21)
Kecintaan umat Islam terhadap Rasulullaah Saw, sebagai uswatun hasanah sangat besar. Hal ini terlihat dari aktivitas umat Islam sendiri. Apabila bulan Rabiulawwal tiba, sebagian umat Islam sibuk dengan acara – acara ritual keagamaan yang konon katanya sebagai bentuk kecintaan mereka terhadap Rasulullaah Saw. Mereka rela mengorbankan harta bendanya yang tidak sedikit demi memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Terlebih didaerah – daerah tertentu, pelaksanaan maulid nabi itu berlangsung selama satu bulan penuh disertai dengan berbagai macam pernak – perniknya.
Hal itu mereka lakukan karena terdorong oleh rasa cinta yang bersumber dari keyakinan keagamaan. Karena memang pengabdian atau pengorbanan atas dasar keyakinan merupakan pendorong yang paling kuat bagi seseorang atau kelompok dalam kehidupannya. Misalnya keyakinan terhadap kehidupan akhirat yang langgeng merupakan pertimbangan yang kuat untuk mengabdi kepada Allah SWT.
Agar keyakinan (yang berfungsi sebagai pendorong pengabdian dan pendorongan) tidak bengkok, maka sebagian pemahaman terhadap ajaran agama harus benar sesuai dengan yang dikehendaki syar’i, untuk membuktikan cinta kita pada Rasul yang juga sebagai bukti cinta kita kepada Allah SWT. Allah SWT telah berfirman dalam surat Ali – Imron ayat 31 “katakanlah : jika kamu (benar – benar) mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa – dosakamu. Sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang“.
“Cinta seorang mu’min kepada Allah dan Rasulnya melebihi cintanya kepada segala sesuatu yang ada didalam kehidupan ini“ (Q.S 9 : 24)
Berdasarkan keterangan diatas, jelaslah bahwa untuk membuktikan cinta kita kepada Rasulullah sekaligus bukti cinta kita kepada Allah tiada lain dengan ittiba’ (mengikuti) Rasulullah dan menghidupkan sunnahnya, Bukan hanya sekedar mengingatnya, memperingatinya atau memujinya dengan berbagai macam bacaan sholawat yang tidak dicontohkan oleh nabi.
Untuk mengetahui seberapa cinta kita kepada Rasulullah maka, “ sudah sejauh mana pengabdian dan pengorbanan kita dalam mengikuti / menjalani sunahnya ? ”.
Milzamulhaq Mardiya
XI IPA 1 Mu’allimin
Pesantren Persatuan Islam 67 Benda