Di bawah ini adalah UAS Metode Studi Islam:
Dosen Dr. Saepul Bahri, MA pada Program Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta
Soal:
Penelitian Tafsir
Pada saat Al-Qur’an diturunkan lima belas abad yang lalu, Nabi Muhammad SAW yang berfungsi sebagai pemberi penjelasan telah menjelaskan arti dan kandungan al-Qur’an kepada para sahabtnya, khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak dipahami atau sama artinya . Keadaan ini berlangsung sampai wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Setelah Nabi wafat tidak ada lagi tempat bertanya langsung bagi para sahabat, sehingga mereka melakukan ijtihad. Pada mulanya, usaha penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an berdasarkan ijtihad masih sangat terbatas, namun dengan berkembangbangnya masyarakat, maka semakin berkembang pula porsi peranan akal atau ijtihad dalam penafsiran ayat-ayat al-Qur’an , sehingga bermuncullah kitab-kitab tafsir yang beraneka ragam coraknya.
Macam-Macam Metode Penafsiran
1. Metode Tahlily
Metode tahlily adalah suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari segi seluruh aspek. Kelebihan metode ini menurut Taufik Adnan Amal, antara lain adalah potensi untuk memperkaya arti kata-kata melalui usaha penafsiran terhadao kosa kata ayat, syair-syair kuno, dan kaidah-kaodah ilmu nahwu. Penafsirannya menyangkut segala aspek dan analisis ayat dilakukan secara mendalam sesuai dengan keahlian mufassir.
2. Metode Ijmaly
Metode ijmali atau juga disebut juga dengan metode global adalah cara menafsirkan ayat-ayat al-Quran dengan menunjukkan kandungan makna pada suatu ayat secara global.
3. Metode Muqarin
Yang dimaksud metode ini adalah mengemukakan penafsiran ayat-ayat al-Quran yang ditulis oleh sejumlah penafsir. Dalam hal ini, seorang penafsir menghimpun sejumlah ayat al-Quran, lalu ia mengkaji dan meneliti penafsiran sejumlah penafsir mengenai ayat tersebut melalui kitab-kitab tafsir mereka.
4. Metode Mawadhu’i
Metode mawadhu’i adalah cara menafsirkan al Quran dengan menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai maksud yang sama atau ayat-ayat yang membicarakan tentang topik yang sama dan menyusunnya berdasarkan kronologi serta sebab-sebab turunnya tersebut.
b. Metodologi Ulumul Hadist
Menurut bahasa hadist berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata hadatsa, hadtsan. Haditsan dengan pengertian yang bermacam-macam. Kata tersebut misalnya, dapatv berarti jadiid atau sesuatu yang baru, sebagai lawan dari kata al Qadim yang berarti sesuatu yang sudah kuno atau klasik.Secara terminologi hadist adalah perkatan, perbuatan, atau taqrir Nabi Muhamad yang disandarkan pada para sahabat atau tabi’in.
{ Model Penelitian Hadist
Menurut Abuddi Nata terdapat beberapa model penelitian hadist pada periode belakangan ini, antara lain:
1. Model Penelitian Quraish Shihab
2. Model Penelitian Musthafa al-Siba’iy
3. Model penelitian Muhammad al Ghazali
c) Metodologi Filsafat
Menurut Harun Natution yang dikutip Zuhairini, dkk,. Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang tersusun dari dua kata “ philein” dalam arti cinta dan “sophos” dalam arti hikmat ( wisdom). Selanjutnya beliau menjelaskan filsafat sebagai berikut:
Secara umum filsafat islam bisa diartikan sebagai filsafat yang berdasarkan dan bersumberkan dari ajaran agama Islam ( al-Quran dan Hadits)
{ Model Penelitian Filsafat
1. Model M. Amin abdullah
2. Model Otto Horrassowitz, Majid Fakhry dan harun Nasution
Dosen Dr. Saepul Bahri, MA pada Program Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta
Soal:
- Jelaskan titik tekan kajian studi Islam dengan pendekatan Islamologi serta karakteristik dasar kajian tersebut!
Penelitian Tafsir
Pada saat Al-Qur’an diturunkan lima belas abad yang lalu, Nabi Muhammad SAW yang berfungsi sebagai pemberi penjelasan telah menjelaskan arti dan kandungan al-Qur’an kepada para sahabtnya, khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak dipahami atau sama artinya . Keadaan ini berlangsung sampai wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Setelah Nabi wafat tidak ada lagi tempat bertanya langsung bagi para sahabat, sehingga mereka melakukan ijtihad. Pada mulanya, usaha penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an berdasarkan ijtihad masih sangat terbatas, namun dengan berkembangbangnya masyarakat, maka semakin berkembang pula porsi peranan akal atau ijtihad dalam penafsiran ayat-ayat al-Qur’an , sehingga bermuncullah kitab-kitab tafsir yang beraneka ragam coraknya.
Macam-Macam Metode Penafsiran
1. Metode Tahlily
Metode tahlily adalah suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari segi seluruh aspek. Kelebihan metode ini menurut Taufik Adnan Amal, antara lain adalah potensi untuk memperkaya arti kata-kata melalui usaha penafsiran terhadao kosa kata ayat, syair-syair kuno, dan kaidah-kaodah ilmu nahwu. Penafsirannya menyangkut segala aspek dan analisis ayat dilakukan secara mendalam sesuai dengan keahlian mufassir.
2. Metode Ijmaly
Metode ijmali atau juga disebut juga dengan metode global adalah cara menafsirkan ayat-ayat al-Quran dengan menunjukkan kandungan makna pada suatu ayat secara global.
3. Metode Muqarin
Yang dimaksud metode ini adalah mengemukakan penafsiran ayat-ayat al-Quran yang ditulis oleh sejumlah penafsir. Dalam hal ini, seorang penafsir menghimpun sejumlah ayat al-Quran, lalu ia mengkaji dan meneliti penafsiran sejumlah penafsir mengenai ayat tersebut melalui kitab-kitab tafsir mereka.
4. Metode Mawadhu’i
Metode mawadhu’i adalah cara menafsirkan al Quran dengan menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai maksud yang sama atau ayat-ayat yang membicarakan tentang topik yang sama dan menyusunnya berdasarkan kronologi serta sebab-sebab turunnya tersebut.
b. Metodologi Ulumul Hadist
Menurut bahasa hadist berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata hadatsa, hadtsan. Haditsan dengan pengertian yang bermacam-macam. Kata tersebut misalnya, dapatv berarti jadiid atau sesuatu yang baru, sebagai lawan dari kata al Qadim yang berarti sesuatu yang sudah kuno atau klasik.Secara terminologi hadist adalah perkatan, perbuatan, atau taqrir Nabi Muhamad yang disandarkan pada para sahabat atau tabi’in.
{ Model Penelitian Hadist
Menurut Abuddi Nata terdapat beberapa model penelitian hadist pada periode belakangan ini, antara lain:
1. Model Penelitian Quraish Shihab
2. Model Penelitian Musthafa al-Siba’iy
3. Model penelitian Muhammad al Ghazali
c) Metodologi Filsafat
Menurut Harun Natution yang dikutip Zuhairini, dkk,. Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang tersusun dari dua kata “ philein” dalam arti cinta dan “sophos” dalam arti hikmat ( wisdom). Selanjutnya beliau menjelaskan filsafat sebagai berikut:
- Pengetahuan tentang hikamt
- Pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar
- Mencari kebenaran
- Membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas.
Secara umum filsafat islam bisa diartikan sebagai filsafat yang berdasarkan dan bersumberkan dari ajaran agama Islam ( al-Quran dan Hadits)
{ Model Penelitian Filsafat
1. Model M. Amin abdullah
2. Model Otto Horrassowitz, Majid Fakhry dan harun Nasution
- Tulis dengan singkat tentang pendekatan Sejarah dalam kajian studi Islam!
Sejarah hanya sebagai metode analisis atas dasar pemikiran bahwa sejarah dapat meyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang mendukung timbulnya suatu lembaga. Pendekatan sejarah bertujuan untuk menentukan inti karakter agama dengan meneliti sumber klasik sebelum dicampuri yang lain. Dalam menggunakan data historis maka akan dapat menyajikan secara detail dari situasi sejarah tentang sebab akibat dari suatu persoalan agama.
Melalui pendekatan sejarah ini, seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. Disini seseorang tidak akan memahami agama keluar dari konsep historisnya, karena pemahaman demikian itu akan menyesatkan orang yang memahaminya. Misalnya seseorang yang ingin memahami Al-Qur’an secara benar maka ia harus mempelajari sejarah turunnya Al-Qur’an atau kejadian-kejadian yang mengiringi turunnya Al-Qur’an.
Dengan pendekatan historis ini masyarakat diharapkan mampu memahami nilai sejarah adanya agama Islam. Sehingga terbentuk manusia yang sadar akan historisitas keberadaan islam dan mampu memahami nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
- Apa saja metode yang dipakai dalam pendekatan antopologi pada kajian studi Islam? Apa kelebihan dan kekurangan pendekatan ini?
Metode yang dipakai dalam pendekatan antropologi lebih bersifat pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif. Timbul kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya induktif yang mengimbangi pendekatan deduktif. Metode penelitian antropologis yang induktif dan grounded, yaitu turun ke lapangan tanpa berpijak pada atau setidak-tidaknya dengan upaya membebaskan diri dari kungkungan teori-teori formal.
Sejalan dengan pendekatan tersebut, maka dalam berbagai penelitian antropologi agama dapat ditemukan adanya hubungan positif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik. Golongan masyarakat yang kurang mampu dan golongan miskin pada umumnya, lebih tertarik kepada gerakan-gerakan keagamaan yang bersifat messianis, yang menjanjikan perubahan tatanan sosial kemasyarakatan. Sedangkan golongan orang yang kaya lebih cenderung untuk mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi lantaran tatanan itu menguntungkan pihaknya.
- Ada berapa dampak yang mungkin bisa ditimbulkan dari pendekatan psikologis dalam kajian studi Islam. Bagaimana solusi masalah tersebut?
- Apa yang anda tahu tentang hermeneutika sebagai tawaran metode baru dalam kajian studi Islam? Bagaimana menurut Anda?