Pada dasarnya setiap bayi manusia yang terlahir ke dunia ini sudah ada dalam ajaran tauhid, yakni ajaran mengesakan Allah swt. Ini didasarkan kepada Q.S Al-A'raf Ayat 172 :
مَا كَانَ
مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ
النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي ءَادَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ
عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ
تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ(172)الاعراف
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab:
"Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya
kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)" (QS.Al-A'raf : 172)
عن أنس بن مالك ر. قال النبي ص : " كل مولود يولد من والد كافر او مسلم
فانما يولد على الفطرة على الاسلام كلهم , ولكن الشياطين أتتهم فأجتالتهم
عن دينهم فهودتهم ونصرتهم ومجستهم وأمرتهم ان يشركوا بالله ما لم ينزل به سلطان
" ر الحكيم ( جمع الجوامع 5:ص 391 : ر 15908 )
Dari Anas bin Malik ra,
bersabda Rasulullah saw : " Semua anak yang dilahirkan baik dari
orangtua kafir atau muslim, tiada lain dilahirkan dalam fithrah, dalam Islam
semuanya, akan tetapi syetan telah mendatanginya, dan menggelincirkannya dari
agamanya, dia meyhudikannya, mengkristenkannya, memajusikannya, dan menyuruh
mereka untuk menyukutukan Allah, sesuatu yang tidak diberikan kepadanya
kewenangan." (HR. Al-Hakim)
Adanya potensi orang untuk menyimpang dari ajaran/akidah
tauhid juga sudah diingatkan Allah dan Rasul-Nya :
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ
مَنْ مَرَّ عَلَيَّ شَرِبَ وَمَنْ شَرِبَ لَمْ يَظْمَأْ أَبَدًا لَيَرِدَنَّ
عَلَيَّ أَقْوَامٌ أَعْرِفُهُمْ وَيَعْرِفُونِي ثُمَّ يُحَالُ بَيْنِي
وَبَيْنَهُمْ فَأَقُولُ إِنَّهُمْ مِنِّي فَيُقَالُ إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا
أَحْدَثُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ غَيَّرَ بَعْدِي – ر البخاري
Dari
Sahal bin Sa'ad ra berkata, bersabda Nabi saw : Sesungguhnya aku akan
mendahului kalian sampai di sebuah telaga, barangsiapa yang mendekat kepadaku
akan bisa minum, barangsiapa yang minum
tidak akan haus lagi. Kemudian akan digiring kepadaku sekelompok orang yang aku
mengenalinya, dan mereka mengenali aku, tapi kumudian antara aku dengan mereka
dihalangi. Lalu aku berkata : Sesungguhnya mereka adalah dari umatku. Lalu
dikatakan : Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka ada-adakan (dalam
agama) sesudah engkau tiada. Maka aku menyuruh : menjauhlah, menjauhlah hai orang-orang
yang merubah-rubah (agama) sesudahku. ( HR.Al-Bukhari)
وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا
أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ
نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ
فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ- فاطر : 37
Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: "Ya Tuhan
kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan
dengan yang telah kami kerjakan". Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu
dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah
tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan
tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. (QS.Fathir : 37)
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ
يَقُولُونَ يَالَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا(66)وَقَالُوا
رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا
السَّبِيلَا(67)رَبَّنَا ءَاتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ
لَعْنًا كَبِيرًا(68)- الاحزاب
Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam
neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami ta`at kepada
Allah dan ta`at (pula) kepada Rasul". Dan mereka berkata: "Ya
Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menta`ati pemimpin-pemimpin dan
pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).
Ya Tuhan kami,
timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan
kutukan yang besar". (QS.Al-Ahzab : 66-68)
Kita kaji dari hal yang paling mendasar, yakni Rukun Iman
dan Rukun Islam. Selama ini kita meyakini bahwa Rukun Iman ada enam dan Rukun
Islam ada lima, berdasar :
قَالَ
عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ
بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ
السَّفَرِ وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ
كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنْ الْإِسْلَامِ
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِسْلَامُ أَنْ
تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ
وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنْ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
قَالَ صَدَقْتَ قَالَ فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ قَالَ
فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِيمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ
وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ
وَشَرِّهِ قَالَ صَدَقْتَ ... ر مسلم
Berkata Umar Ibnul Khattab ra: Ketika kami bersama
Rasulullah saw pada suatu hari, tiba-tiba muncul seorang lelaki dengan pakaian
sangat putih, dengan rambut sangat hitam, tidak nampak padanya bekas menempuh
perjalanan, dan tidak ada diantara kami yang mengenalinya, sampai ia duduk di
depan Nabi saw, dia menempelkan kedua lututnya dengan dua lutut Nabi, dan
menyimpan kedua telapak tangannya pada paha Nabi saw. Lalu bertanya : Ya
Muhammad beritahu aku tentang Islam. Rasulullah saw menjelaskan : Islam itu,
Engkau bersaksi tiada ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan-Nya,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan shaum Ramadhan dan berhaji ke
Baitullah jika engkau mampu. Dia berkata : Engkau benar. Umar berkata : kami
kaget dengannya, bertanya tapi membenarkannya.
Lalu Dia bertanya lagi : Beritahu aku tentang iman. Nabi saw menjelaskan
: Iman itu engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan kepada Hari Akhir, serta beriman kepada
qadar yang baik dan yang buruk. Dia berkata : Engkau benar. …. ( HR. Muslim).
Dalam keyakinan kaum Syi'ah (Rafidhah), Rukun
Islam-nya sama lima, tapi tidak ada Syahadat :
عن
ابي جعفر عليه السلام قال : بني الاسلام على خمسة أشياء : على الصلاة و الزكاة
والحج والصوم والولاية ؛ قال زرارة : فقلت : وأي شييء من دالك افضل ؟ فقال :
الولاية أفضل, لانها مفتاحهن و الوالي هو الدليل عليهن ... – أصول الكافى محمد بن
يعقوب الكليني 2: 15 ر 3
Dari Abi Ja'far as. Berkata : Islam didirikan di atas
lima perkara : Shalat, zakat, haji, shaum, dan Al-Wilayah. Bertanya
Zurarat : Mana di antara yang lima itu
yang paling utama ? Dia menjawab : Al-Wilayah yang paling utama, sebab Al-Wilayah pembuka atas perkara-perkara itu,
dan Wali adalah dalil bagi kelima perkara itu…. ( Ushul Al-Kafi 2: 15 no. 3 )
Demikian juga Rukun Imannya, hanya ada lima, dengan
istilah yang berbeda. Muhammad Al-Husein Ali Kasyiful Ghitha dalam kitabnya
Ahlusy-Syi'ah wa Ushuluha: Rukun Iman
Syi'ah Rafidah : 1) At-Tauhid 2)
Al-'Adlu 3) An-Nubuwah 4) Al-Imamah
5) Al-Ma'ad ( Muhammad Al-Husein
Ali Kasyiful Ghitha , Ahlusy-Syi'ah wa Ushuluha) – ( KH.Irfan Zidny,MA , Bunga
Rampai Ajaran Syi'ah )
Kaum Syi’ah tidak meyakini akan jaminan Allah tentang
keotentikan dan orsinilitas Al-Qur’an yang termaktub dalam QS. Al-Hijir : 9,
karena menurut keyakinan mereka Al-Qur’an yang ada sekarang bukan Al-Quran yang
diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw. Ini terungkap antara lain :
Muhammad bin Ya’qub bin Ishaq Al-Kulaini dalam
Kitabnya Al-Kafi fil Ushul, Kitab Fadhail Al-Qur’an 2 : 350 meriwayatkan dari Hisyam bin Salim dari Abu
Abdillah:
عن
ابي عبد الله عليه السلام قال : أن القران الدي جاء به جبريل عليه السلام الى محمد
ص سبعة عشر ألف اية – أصول الكافي 2: 350 ر 29
“ Sesungguhnya Al-Quran yang dibawa oleh Jibril as kepada Nabi Muhammad saw
adalah 17.000 ayat.” Padahal Al-Qur’an yang berada di tangan kita
berjumlah 6236 ayat, berarti dua pertiganya telah hilang. Kemudian di Bab Al-Hujjah 1 :142
dijelaskan bahwa bagi kaum Syi’ah memiliki Kitab suci sendiri yang bernama “
Mushaf Fatimah “ yaitu sebuah Mushaf di dalamnya semisal Al-Qur’an yang
tebalnya tiga kali lipat, dan tidak ada satu huruf-pun yang sama dengan
Al-Qur’an.
(... وان عندنا لمصحف فاطمة ع س وما يدريهم ما
مصحف فاطمة ع س ؟ قال : قلت : و ما مصحف فاطمة ع س ؟ قال : مصحف فيه مثل قرانكم
هدا ثلاث مرات , والله ما فيه من قرانكم حرف واحد ... أصول الكافى 1: 142)
Tapi anehnya yang disebut "Mushaf Fatimah itu
sampai sekarang tidak pernah ada, tidak pernah bisa mereka tunjukkan. Sementara
kepada Al-Qur'an yang ada yakni " Mushaf Utsmani " mereka
meragukannya bahkan menolaknya. Lantas mereka memakai Qur'an yang mana ? Ni’matullah
Al-Jazairi berkata : “Telah diriwayatkan dalam banyak hadits bahwa mereka
telah memerintahkan para syi’ah mereka untuk membaca Al-Qur’an yang ada ini
dalam shalat dan lainnya serta mengamalkan hukumnya hingga munculnya Maulana
Shahib Az-Zaman lalu ia mengangkat Al-Qur’an
ini dari tangan-tangan manusia menuju langit dan mengeluarkan Al-Qur’an yang
disusun oleh Amirul Mukminin, maka dibaca dan diamalkan hukum-hukumnya. ( Al-An-war an-Nu’maniyyah 2: 363 )
Mirza Husain bin Muhammad
Taqiy An-Nuri Ath-Thubrusi, dalam kitabnya Fashl Al-Khitab fi Tahrif
Kitab Rabbi Al-Arbab hal 32
menyebutkan : “ Sesungguhnya Al-Qur’an yang ada pada kita bukanlah Al-Qur’an
yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw, tapi telah dirubah,
diganti, ditambahi dan dikurangi.” Diantara contoh ayat-ayat yang katanya
ditahrif :
-
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى ءَادَمَ
وَنُوحًا وَءَالَ إِبْرَاهِيمَ وَءَالَ محمد عَلَى الْعَالَمِينَ (
ال عمران: 33)-فصل الخطاب : 264
-
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
لرسول الله والامام من بعده (
ال عمران : 102) – فصل الخطاب :267
-
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا
أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ من
ال محمدصلوات الله عليهم ( النساء : 59)قصل الخطاب : 274
-
وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِينَ لَا
يَجِدُونَ نِكَاحًا بالمتعة حَتَّى يُغْنِيَهُمُ اللَّهُ مِنْ
فَضْلِهِ ( النور:33) فصل الخطاب : 315
-
وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فى ولاية علي فَإِنَّ لَهُ
نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا (الجن:23) – فصل الخطاب : 340
-
يَاأَيَّتُهَا النَّفْسُ
الْمُطْمَئِنَّةُ الى محمد ووصيه والائمة من بعده(27)ارْجِعِي إِلَى
رَبِّكِ رَاضِيَةً بولاية علي مَرْضِيَّةً بالثوب (28)فَادْخُلِي
فِي عِبَادِي مع محمد واهل بيته (29)وَادْخُلِي جَنَّتِي غير مشوبة (30) – فصل الخطاب :
345
Dalam keyakinan Syi’ah, disamping ada yang disebut
“ Mushaf Fatimah “ ada kitab-kitab samawi lain yang diturunkan kepada Nabi saw,
tapi dikhusukan buat Amirul Mukminin.
Dalam Ahmadiyyah
juga telah nampak penyimpangan dalam masalah Akidah , terutama menyangkut
masalah adanya lagi nabi dan rasul pasca Nabi Muhammad saw. Serta turunnya wahyu setelah Al-Qur'an.
Klaim
Mirza Gulam Ahmad dan pengikutnya, bahwa Ia seorang nabi dan menerima wahyu, jelas sebuah
penyimpangan akidah yang sangat serius, sebuah klaim yang bathal dan munkar,
karena mengingkari firman Allah swt :
مَا كَانَ
مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ
النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
الاحزاب : 40
Muhammad
itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia
adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu. QS. Al-Ahzab : 40
Pengikut nabi palsu memelintir makna “ Khatam
“ bukan dalam arti penutup, melainkan dengan arti “ cingcin atau stempel “
, hal ini bisa dilihat dari pernyataan :
a.
Selanjutnya Ahmadiyyah berkata
bahwa kalimat “ Khatam” dapat dibaca “ Khatim” yang berarti hiasan bagi sang
pemakainya. Apabila diartikan demikian , maka Rasulullah saw itu bagaikan
hiasan indah bagi nabi-nabi. Dalam Fathul Bayan juga dikatakan bahwa Nabi
Muhammad saw adalah bagaikan hiasan cincin yang dipakai oleh para nabi, karena
beliau nabi termulia. “ ( Saleh A.
Nahdi, Selayang Pandang Ahmadiyyah, hal : 34 ).
b.
Jadi perkataan “ Khataman nabiyyin
“ berarti “ Cap atau stempel “ dari pada
nabi-nabi, yakni Nabi Muhammad saw ialah kebagusan dari pada segala
nabi-nabi. ( Bashiruddin
Mahmud Ahmad, Jasa Imam Mahdi )
Jika para nabi
diumpamakan jari-jari, dan Nabi Muhammad saw diumpamakan sebagai cincin
penghias jari, kemudian dimaknai bahwa Nabi Muhammad saw adalah nabi termulia,
ibarat cincin pada jari, pertanyaannya kemudian : “ Muliaan mana antara cincin
dengan jari ? “ Kiranya semahal-mahal cincin, masih ada jualan. Tapi
seborok-borok jari tidak ada jualan ! Dengan demikian mengumpamakan Nabi
Muhammad saw dengn cincin dan para nabi lainnya sebagai jari, bukan merupakan
sebuah penghormatan kepada Nabi Muhammad saw, melainkan sebuah penghinaan.
Rasulullah saw. sudah menegaskan bahwa tidak ada lagi nabi sesudah
beliau, dan tidak ada umat sesudah umat Muhammad ( umat Islam ), kalau ada
orang mengaku atau mendakwakan dirinya sebagai nabi, dia itu adalah Dajjal. Itu
diungkap dalam banyak hadits, antara lain :
كانت بنو اسرئيل
تسوسهم الانبياء , كلما هلك نبي خلفه نبي , وانه لا نبي بعدي , وسيكون خلفاء
فيكثرون – ر البخاري
“ Bani Israil itu terus menerus dipimpin
oleh para nabi, setiap seorang nabi wafat, diganti oleh nabi lainnya, dan
sesungguhnya tidak ada lagi nabi sesudahku,
dan akan ada khalifah yang jumlahnya banyak. “ HR. Al-Bukhari.
ان الرسالة والنبوة قد
انقطعت فلا رسول بعدي ولا نبي – ر احمد والترمذي
“ Sesungguhnya kerasulan dan kenabian telah
dipubngkas, maka tidak ada lagi rasul dan nabi sesudahku, “ HR. Ahmad dan At-Tirmidzi
ان الله لم يبعث نبيا
الا حذر أمته الدجال , وانا اخر الانبياء و انتم اخر الامم , وهو خارج فيكم لا
محالة , انه يبداء فيقول : انا نبي , ولا نبي بعدي – ر ابن ماجه
“ Sesungguhnya Allah tidak mengutus seorang
nabipun, kecuali ia mengingatkan umatnya tentang ( bahaya ) dajjal. Aku adalah penutup nabi dan kalian adalah
umat terakhir, Dajjal itu akan muncul di tengah-tengah kalian pasti, Sesungguhnya dia akan nampak dari
perkataannya : ‘ Aku adalah nabi ‘, Padahal tidak ada lagi nabi sesudahku. “
HR. Ibnu Majah
Argumentasi lain yang dikemukakan oleh penganut
agama Ahmadiyyah, bahwa Mirza adalah nabi, bahkan nabi yang sudah dijanjikan
dalam al-Qur’an, dengan mengklaim bahwa Nabi Ahmad yang dijanjikan dalam QS.
As-Shaf : 6 adalah Mirza Gulam Ahmad, dan bukan Nabi Muhammad saw. Dalam ayat
itu dijelaskan :
وَإِذْ
قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَابَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ
إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا
بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ
بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ - ألصف : 6
Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam
berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu,
membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul
yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)" Maka tatkala
rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka
berkata: "Ini adalah sihir yang nyata". QS. As-Shaf :6
Dalam Majalah Ahmadiyyah Suara Ansharullah
No. 3 , Juli 1955 disebutkan : “ Jika orang benar-benar meneliti maksud al-Quran itu ( Surat 61:6 )
maka akan mengetahui bahwa yang dimaksud dengan nama Ahmad bukanlah Nabi
Muhammad saw, tapi seorang rasul yang diturunkan Allah swt pada akhir zaman
sekarang ini. Bagi kami ialah : Hazrat Ahmad
Al-Qadiani. “
Padahal tentang siapa yang dimaksud dengan Ahmad
dalam ayat itu jelas bukan Mirza Gulam Ahmad, melainkan Nabi Muhammad saw. lebih kurang dua belas abad sebelum Mirza
dilahirkan. Nabi saw. bersabda :
لي
خمسة أسماء : انا محمد و احمد , و انا الماحي الذي يمحوا الله بي الكفر , وانا
الحاشر الذي يحشر الناس على قدمى , وانا العاقب الذى ليس بعده نبي – ر البخاري و
مسلم
Aku punya lima nama : Aku adalah Muhammad, dan
Ahmad, Aku Al-Mahi ( Penghapus), yang Allah menghapus dengan ( kerasulanku )
kekufuran, Aku Al-Hasyr( Penghimpun ), yang Allah kumpulkan manusia di bawah
telapak kakiku ( pengaruhku), dan Aku adalah Al-‘Aqib ( Penutup ) yang tidak ada lagi
nabi sesudahnya. HR. Al-Bukhari dan
Muslim.
Selain keyakinan bahwa Mirza Gulam Ahmad sebagai
nabi sesudah Nabi Muhammad saw , keberadaan kitab Tadzkirah yang diklaim sebagai “ Wahyu Muqaddas “,
semakin mengukuhkan Ahmadiyyah sebagai sebuah agama. Kitab itu diyakini diturunkan pada Lailatul
Qadar, kepada Mirza Gulam Ahmad yang
mendakwakan diri sebagai Al-Masih Al-Mau’ud ( Nabi Isa yang dijanjikan turun lagi )
dengan menyebut dirinya sebagai Al-Masih Al-Muhammadi ( Al-Masih turunan Nabi
Muhammad ) Sementara Nabi Isa as. Sendiri disebutnya sebagai Al-Masih
Al-Israili ( Al-Masih turunan Israil ). Kitab itu katanya diturunkan di sebuah
tempat dekat desa Qadian di India.
Inilah kutipan dari Kitab Tadzkirah :
1) انا انزلناه فى ليلة القدر ؛2) انا انزلناه للمسيح الموعود –
تذكرة : 519
3)
انا انزلناه قريبا من القاديان ؛ 4)
وبالحق انزلناه وبالحق نزل ؛5) صدق الله ورسوله ؛6) وكان امر الله مفعولا ؛
7) الحمد لله الذي جعلك المسيح ابن مريم – تذكرة : 637
Dari
tujuh ayat di atas nampak tiga ayat merupakan “ Bajakan “ dari al-Qur’an : ayat
nomer satu dari QS. Al-Qadar : 1 ; ayat nomer empat dari QS. Al-Isra : 105 ; dan ayat nomer enam
dari QS An-Nisa : 46.
Yang
lebih aneh tentu saja bahasa wahyu yang dipakai dalam kitab Tadzkirah adalah
bahasa Arab, padahal Mirza Gulam Ahmad lahir dan mati di India, Sementara Allah
tidak pernah mengutus seorang nabi atau rasul, kecuali bahasa ( wahyu ) yang
dipakainya adalah bahasa kaumnya, bahasa masyarakat yang didatanginya, supaya
mudah dimengerti oleh mereka. Al-Qur’an
diturunkan dengan bahasa Arab, karena Nabi Muhammad saw. diturunkan di tengah
bangsa Arab. Lantas wahyu yang diterima Mirza itu sebenarnya buat siapa ? Allah
swt menegaskan :
وَمَا
أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ فَيُضِلُّ
اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ –
ابرهيم : 4
Kami tidak mengutus seorang rasulpun,
melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan
terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan
memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha
Kuasa lagi Maha Bijaksana. QS. Ibrahim :
4
Satu lagi contoh penyimpangan dalam Akidah,
Ajaran Pluralisme Agama. Nabi saw pernah mengingatkan :
عَنْ سُوَيْدِ بْنِ
غَفَلَةَ قَالَ قَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ يَأْتِي فِي آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ
حُدَثَاءُ الْأَسْنَانِ سُفَهَاءُ الْأَحْلَامِ يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ
الْبَرِيَّةِ يَمْرُقُونَ مِنْ الْإِسْلَامِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ
الرَّمِيَّةِ لَا يُجَاوِزُ إِيمَانُهُمْ حَنَاجِرَهُمْ فَأَيْنَمَا
لَقِيتُمُوهُمْ فَاقْتُلُوهُمْ فَإِنَّ قَتْلَهُمْ أَجْرٌ لِمَنْ قَتَلَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ – ر احمد والبخاري
Dari Suwaid bin Ghaflah
berkata, berkata Ali ra : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda : “ Akan datang
di akhir zaman orang-orang dengan muda usia,
buruk akhlak, mereka bicara dengan ayat-ayat al-Qur’an, tapi sudah lepas
jauh dari ajaran Islam, seperti lepasnya anak panah dari busurnya, imannya
tidak melewati tenggorokannya ( hanya di lidah ) . Diamana saja kamu bertemu
dengan mereka perangilah mereka, sesungguhnya memerangi mereka itu akan
mendapat pahala pada hari kiamat. “ HR. Ahmad dan Al-Bukhari.
Pluralisme, sebuah
teologi yang muncul dan didesain dalam setting sosial-politik humanisme sekuler
Barat yang bermuara pada tatanan demokrasi liberal. Pluralisme ingin tampil sebagai klaim
kebenaran baru yang humanis, ramah, santun, toleran, cerdas, dan demokratis. Hal
ini dikatakan oleh tokohnya, John Hick.
Semua agama, baik yang tesitik maupun non-teistik, dianggap sebagai
sama, sebagi ruang atau jalan yang bisa memberikan keselamatan, kebebasan, dan
pencerahan, semua agama benar. Karena pada dasarnya semua agama merupakan
respon yang beragam terhadap hakikat ketuhanan yang sama. Agama dianggap sebagai pengalaman keagamaan.
Kemungkinan datangnya agama dari Tuhan atau Dzat Yang Maha Agung dinafikan dan
ditolak mentah-mentah.
Tokoh seperti Joachim Wach,
seorang ahli perbandingan agama kontemporer bahkan mendefinisikan bahwa
pengalaman keagamaan sebagai agama itu sendiri. Lahirlah kesimpulan bahwa semua
agama sama secara penuh tanpa ada yang lebih benar daripada yang lain. Sebuah
kesimpulan yang menyulitkan mereka sendiri, ketika muncul pertanyaan : “ Apakah
agama Kristen, dan Islam sama persis dengan agama-agama primitif dan paganis (
penyembah berhala ) yang kanibalistik ?”
Dalam wacana pemikiran Islam , Pluralisme Agama masih merupakan hal baru
dan tidak memiliki akar idiologis dan teologis yang kuat. Pluralisme agama
lebih merupakan perspektif baru yang ditimbulkan oleh penetrasi kultur
Barat. Malah ada yang menyebut merupakan rekayasa Freemasonry Internasional,
sebuah organisasi Yahudi yang sejak awal mengusung slogan : “ Liberty, Egality dan Fraternity”
(Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan ), dan mempropagandakan persaudaraan
universal tanpa memandang etnis, bangsa, dan agama. Organisasi ini muncul
sebagai ‘baju’ untuk menyerukan penyatuan tiga agama ( Yahudi, Nashrani dan
Islam ) dengan agama universal dan mengikis belenggu fanatisme terhadap
agamanya. Dalam IslamWacana Pluralisme
ini baru muncul pasca perang Dunia II, ketika terbuka kesempatan bagi generasi
muda muslim untuk mengenyam pendidikan di universitas-universitas Barat,
terutama mereka yang mengambil jurusan Studi Islam dengan dosen-dosen Yahudi
dan Krsiten atau Para Orientalis. Dalam waktu yang bersamaan, gagasan
Pluralisme agama ini menembus dan menyusup ke dalam wacana pemikiran Islam.
Antara lain melalui karya-karya pemikir-pemikir mistik Barat Muslim seperti
Rene Guenon ( Abdul Wahid Yahya ) dan Frithhjof Schon ( Isa Nuruddin Ahmad ).
Buku-buku mereka seperti The Transcendent Unity of Religion, sangat
sarat dengan tesis-tesis atau
gagasan-gagasan yang menjadi inspirasi dasar bagi tumbuh dan berkembanganya
wacana pluralisme agama. Sayyed Hossein
Nasr, seorang tokoh Syi’ah, termasuk
yang ikut mempopulerkan teologi Pluralisme.
Nasr telah menuangkan tesisinya tentang Pluralisme agama dalam kemasan Sophia
perennis atau perennial wisdom ( Al-Hikmat al-Khalidah atau
kebenaran abadi ), yaitu sebuah gagasan menghidupkan kembali kesatuan
metafisikal ( metaphysical unity ) yang tersembunyi di balik ajaran dan
tradisi-tradisi keagamaan yang pernah dikenal sejak zaman Nabi Adam as. Menurut
Nasr, memeluk atau meyakini satu agama dan melaksanakan ajarannya secara
keseluruhan dan sungguh-sungguh, berarti juga telah memeluk seluruh agama,
karena semuanya berporos kepada satu poros, yaitu kebenaran yang hakiki dan
abadi. Perbedaan antar agama dan keyakinan, menurut Nasr, hanyalah pada
simbol-simbol dan kulit luar. Inti dari agama tetap satu.
Budhy Munawar Rahman , dosen filsafat di Universitas Paramadina Jakarta,
dalam tulisannya, di situs www.Islamlib.com
13 Januari 2002 , Ia mencoba memaksakan teologi Pluralis dengan melihat
agama-agama lain sebanding dengan agama Islam. Terhadap QS. Ali Imran : 19 dan
85 dia mengajak orang-orang untuk memahaminya dengan semangat inklusivisme,
semangat “Agama Universal “ dimana Islam
diberi makna sebagai agama yang penuh kepasrahan kepada Allah swt. Sehingga
semua agama bisa dimasukkan ke dalamnya, asalkan berpasrah diri kepada Allah.
Muhammad Ali, Dosen UIN Jakarta dalam tulisannya di harian Republika, tgl 14 Maret 2002 dalam judul Hermeneutika dan Pluralisme
Agama, juga mengajak agar tidak memahami QS. Ali Imran : 19 dan 85 itu
dalam bingkai teologi eksklusif yakni keyakinan bahwa jalan kebenaran dan
keselamatan bagi manusia hanyalah dapat dilalui melalui Islam. Ayat-ayat itu
harus dipahami dengan teologi pluralis dan teologi Inklusif. Nurcholis Madjid yang merupakan salah seorang
tokoh pengusung telogi Pluralisme dalam kata pengantar buku Pluralitas Agama Kerukunan dalam
Keragaman menyatakan : “ Kendatipun cara, metoda atau jalan keber-agamaan
menuju Tuhan berbeda-beda, namun Tuhan yang hendak kita tuju adalah Tuhan yang
sama, Allah yang Maha Esa. “ Kalimat ini jelas menunjukkan bahwa ia mengakui
keberadaan dan kebenaran semua agama, dan menyejajarkan satu agama dengan agama
lainnya, sehingga Islam sama dengan agama Kristen, Yahudi, Hindu, Budha,
Majusi, Shinto, Konghuchu, dsb ? Karena semua agama menuju tuhan yang sama
dengan cara yang berbeda. Quraisy Shihab
dalam mengomentari QS. Al-Baqarah : 120 yang menyatakan : “ Orang-orang
Yahudi dan Nashrani tidak akan ridla kepadamu sampai engkau mengikuti agama mereka “ menyatakan bahwa
ayat tersebut dikhususkan kepada orang Yahudi dan Kristen tertentu yang hidup
pada zaman Nabi Muhammad saw, dan bukan kepada umat Kristen dan Yahudi secara
keseluruhan. Demikian juga tetang izin Allah untuk memerangi orang kafir, itu
bukan diperuntukkan terhadap Yahudi dan Kristen yang termasuk Ahlul Kitab. (
Pluralitas Agama, Kerukunan dan Keragaman : 26 ).
Para Pengusung Liberalisme dan Pluralisme ini juga sangat menentang
penerapan Syari’at Islam, karena akan mendeskriditkan penganut agama lain, akan
menzalimi kaum wanita, banyak syari’at Islam yang dinilainya bertentangan
dengan HAM, Demokrasi, Gender Equality
(Kesetaraan Gender) dan Pluralisme. . Ulil Absar Abdalla pengerek
bendera JIL pernah mengatakan : “ Setiap
doktrin yang hendak membangun tembok antara “kami “ dan “ mereka “ , antara Hizbullah
( golongan Allah ) dan Hizbus Syaithan ( golongan syetan) adalah
penyakit sosial yang akan menghancurkan nilai dasar Islam itu sendiri, nilai
tentang kesederajatan umat manusia, nilai tentang manusia sebagai warga
dunia.” Dia juga mengatakan bahwa amat
konyol umat manusia bertikai karena perbedaan ‘baju’ yang dipakai, sementara
mereka lupa inti ‘memakai baju’ adalah untuk menjaga martabat manusia sebagai
makhluk yang berbudaya. Semua agama adalah baju, sarana, wasilah, alat untuk
menuju tujuan pokok : penyerahan diri kepada Yanga Maha Benar. Dengan pemikiran
ini berarti dia ingin menganulir firman Allah yang membagi manusia menjadi dua
golongan, Hizbullah dan Hizbus syaithan seperti yang tertuang dalam Al-Qur’an :
وَمَنْ يَتَوَلَّ
اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ
– المائدة : 56
Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang
beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah
yang pasti menang. QS. Al-Maidah : 56
اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ
فَأَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ أُولَئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ
الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ – المجادلة : 19
Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat
Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan
syaitan itulah golongan yang merugi. QS.
Al-Mujadilah : 19
Dengan demikian bagi kaum pluralis
dan liberalis , semua manusia sama, tidak ada mukmin tidak ada kafir,
tidak ada manusia tha’at dan tidak ada manusia bejat, mereka telah mengangkat
kesesatan dan kekufuran dan kemusyrikan
sejajar dengan hidayah, tauhid dan ketakwaan. Dan pada akhirnya sikap antipati
terhadap segala mecam kesesatan dan kemunkaran akan sirna. Menurut slogan kaum
pluralis : “ Agama-agama seperti Yahudi, Nashrani dan Islam , ibaratnya seperti
keberadaan empat madzhab fiqih di tengah-tengah kaum muslimin, semuanya pada
hakikatnya menuju kepada Allah. Dampaknya lainnya dari pemahaman seperti ini,
ketika semua agama dianggap sama, tidak ada beda selain tata cara dan bajunya,
maka umat yang “ sendiko dawuh “ dengan paham pluralisme ini tidak akan
memiliki ghirah atau kecemburuan dalam beragama. Baginya tidak ada
keistimewaan pada Islam jika dibanding dengan Kristen misalnya. Karena semua
agama sama, dengan tuhan yang sama hanya beda cara memanggil atau menyebut
dengan baju dan cara yang beda. Pada saat yang bersamaan , secara finansial
para missionaris Kristen yang banyak melakukan pendekatan dakwah dengan
finansial, secara logika manusia normal, ketika seseorang harus memilih antara dua
agama yang sama-sama dianggap benar, tentunya variable lain yang akan dijadikan
alat timbang adalah keuntungan materi. Mereka akan dengan ringan melepas ‘baju
‘ Islam untuk mendapatkan duit atau materi dengan memakai ‘ baju ‘ Kristen. Dan
ini akan merupakan kontribusi atau sumbangan sangat berharga kaum pluralis dan
Liberalis bagi suksesnya missi kristenisasi.
Teologi Pluralisme yang diusung kaum Liberalis ini sebenarnya telah
ketinggalan zaman, kalau kita memperhatikan pernyataan para pakar sejarah dan
teolog Kristen, seperti : 1) Uskup John Shelby Spong dalam bukunya Why
Cristianity Must Change or Die ( 1998 ) ( mengapa agama Kristen harus berubah
atau akan Mati ) menyatakan: “ Kita harus membebaskan Yesus dari kedudukannya
sebagai Juru Selamat…. Ajaran ini harus dicabut dan dibuang. “ 2) Reverend DR Charles Francis Potter dalam
bukunya The Lost Years of Yesus Revealed ( 1992 ) menyatakan : “ Para
pemuka agama Kristen tidak dapat dimaafkan untuk ( memepertuhankan Yesus )
dengan memanfaatkan keterbatasan … berfikir orang-orang palestina 2000 tahun
yang lalu. “ 3) John Davidson dalam
bukunya The Gospel of Yesus ( 1995 ) menyatakan : “Barangkali kita (
umat Kristen ) telah tersesat selama 2000 tahun.” Ketiga contoh di atas memperlihatkan ketiga
pakar dan teolog tersebut bukannya mengatakan bahwa agama mereka, Krsiten,
adalah agama yang benar, mereka malah mengakui sebaliknya, agama mereka
ternyata agama yang salah dan menyesatkan.
John Shelby Spong dalam bukunya Rescuing the Bible From Fundamentalism
( 1991 ) malah menyatakan : “ Dia ( Paus Paulus ) tidak menulis firman
Allah, yang dia tulis adalah kata-katanya sendiri yang khusus, penuh
keterbatasan serta memiliki kelemahan sebagai ciri seorang manusia. “. Aneh bin
ajaibnya kaum Pluralis liberalis di
Indonesia malah ngotot menyatakan bahwa Kristen sama dengan Islam ?
Seorang tokoh JIL dalam Jawa Pos ( 11/1-2003 ) menyatakan : “ Bagi saya All
Scriptures are Miraccles “ ( Semua
kitab suci adalah mukjizat ), Subhanallah ! Berarti Al-Qur’an bagi dia sejajar
dengan kitab Weda dan Bagawad Gita-nya Hindu, Tripitaka-nya Budha, Su Si-nya
Konghuchu, Tao The Ching-nya Taoisme,
Darmo Gandul dan Gatholoco-nya Aliran Kebatinan. Padahal tentang Taurat saja Allah telah berfirman :
مِنَ الَّذِينَ
هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ – النساء : 45
“Yaitu orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan ( dalam
Taurat ) dari tempat-tempatnya”. QS.
An-Nisa : 45
Tentang Injil yang dikarang oleh para penulisnya , Allah telah menegaskan
:
فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ
الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ
لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ
وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُون – البقرة : 79
Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab
dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari Allah",
(dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu.
Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan
mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang
mereka kerjakan. QS. Al-Baqarah : 79
Rasulullah saw. dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim no 153 yang diberi judul bab oleh Imam An-Nawawi “ Wujubul Iman bi Risalatin Nabi saw Ila
Jami’in Nasi Wa Naskhul Milali bi Millatihi “ menegaskan : “ Demi Dzat yang jiwa
Muhammad di tangan-Nya, tidaklah mendengar dariku seseorang dari umat ini, baik
orang Yahudi maupun Nashrani, kemudian ia mati dalam keadaan ia tidak beriman
dengan risalah yang aku bawa, pasti ia
kan masuk neraka. “
Allah swt dalam banyak ayat
juga telah dengan tegas menyatakan bahwa Yahudi dan Kristen itu kafir:
إِنَّ الَّذِينَ
كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ
فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّة
(6)إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ
خَيْرُ الْبَرِيَّةِ(7) – البينة
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang
musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu
adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. QS. Al-Bayyinah :
6-7
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ
اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَابَنِي إِسْرَائِيلَ
اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ
حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَار
ٍلَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ
اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ
يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ
أَلِيمٌ – المائدة : 72-73
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:
"Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih
(sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan
Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,
tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. Sesungguhnya
kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari
yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan
itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang
pedih. QS. Al-Maidah 72-73
وَقَالُوا قُلُوبُنَا غُلْفٌ بَلْ لَعَنَهُمُ
اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيلًا مَا يُؤْمِنُونَ(88)وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ
مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ
يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا
كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى
الْكَافِرِينَ(89)بِئْسَمَا اشْتَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ أَنْ يَكْفُرُوا بِمَا
أَنْزَلَ اللَّهُ بَغْيًا أَنْ يُنَزِّلَ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ عَلَى مَنْ
يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ فَبَاءُوا بِغَضَبٍ عَلَى غَضَبٍ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ
مُهِين ٌ(90) وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ
ءَامِنُوا بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا نُؤْمِنُ بِمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا
وَيَكْفُرُونَ بِمَا وَرَاءَهُ وَهُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقًا لِمَا مَعَهُمْ قُلْ
فَلِمَ تَقْتُلُونَ أَنْبِيَاءَ اللَّهِ مِنْ قَبْلُ إِنْ كُنْتُمْ
مُؤْمِنِينَ(91) – البقرة
Dan mereka ( Yahudi ) berkata: "Hati kami tertutup". Tetapi
sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit
sekali mereka yang beriman. Dan setelah datang kepada mereka Al Qur'an dari
Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka
biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang
kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka
lalu ingkar kepadanya. Maka la`nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.
Alangkah buruknya (perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan
kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah
menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara
hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan.
Dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan. Dan apabila dikatakan
kepada mereka: "Berimanlah kepada Al Qur'an yang diturunkan Allah",
mereka berkata: "Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada
kami". Dan mereka kafir kepada Al Qur'an yang diturunkan sesudahnya,
sedang Al Qur'an itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada
pada mereka. Katakanlah: "Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah
jika benar kamu orang-orang yang beriman?" QS Al-Baqarah : 88-91
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا
تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي
الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ(51)فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ
يُسَارِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَى أَنْ تُصِيبَنَا دَائِرَةٌ فَعَسَى
اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَ بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ مِنْ عِنْدِهِ فَيُصْبِحُوا عَلَى
مَا أَسَرُّوا فِي أَنْفُسِهِمْ نَادِمِينَ(52) – المائدة
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang
Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka
menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Maka
kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang
munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata:
"Kami takut akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan
mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari
sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka
rahasiakan dalam diri mereka. QS Al-Maidah
: 51-52
Jika Allah swt
dan Rasul-Nya telah menegaskan bahwa Yahudi dan Kristen itu kafir, beberapa
teolog dan pakar sejarah Kristenpun telah menyatakan bahwa agama mereka salah
dan menyesatkan, sementara para pengusung dan pejuang Pluralisme agama dengan
mendasarkan ajarannya kepada : demokrasi, HAM, gender equality dan Pluralisme
masih menganggap dan meyakini serta
mengkampanyekan bahwa semua agama sama, semua kitab suci sama sebagai mukjizat,
tuhan yang disembah sama, sehingga
praktis mensejajarkan Allah dengan Yesus, Uzeir, Roh Kudus, Sang Hyang, Sang
Budha dan Dewa, agama hanya dianggap baju . Pertanyaannya : “ Masih beragamakah
Orang yang seperti ini? Kalau masih, agama apakah itu ? Fa Aina Tadzhabuun ? Wallahu’alam, Wal-‘Iyadu billahi.
Demikian artikel Ketauhidan dan Pemahaman Islam yang Benar yang ditulis oleh seorang Ulama KH. Shidiq Amien
*) Disampaikan dalam Kegiatan Training for Trainers PB
Pemuda Al-Irsyad, di Jakarta, Ahad, 8 Maret 2009 OLEH : KH. Shiddiq Amien