Berdasarkan keterangan paling sohih bersumber dari dalil Hadits Nabi Nabi ternyata ucapan do'a di hari raya 'idul fithri bukanlah yang umumnya sering kita dengar di Indonesia, yakni "minal 'aidzin wal faidziin".
Sunnah Rasululloh patut ditiru oleh setiap umat Islam termasuk dalam hal kata-kata atau ucapan yang harus disampaikan sesama saudara seiman. Selain itu pula seharusnya dalam hal ucapan perlu disadari alias dimengerti apa sebenarnya makna dibalik yang disampaikan tersebut, termasuk ucapan doa lebaran di hari Raya.
Berdasarkan kitab Al-Muhamiliyat dengan sandaran sanad kategori hasan Imam Al-Hafidz Ibn Hajar menjelaskan bagaimana kebiasaan para sahabat ketika di hari raya pada zaman Rasulullah SAW. Jubair bin Nufair mengatakan bahwa :
كان أصحاب رسول الله صلى الله عليه و سلم إذا التقوا يوم العيد يقول بعضهم لبعض تقبل الله منا ومنك
Sumber lain yang dapat kita ambil landasan dalil terkait ucapan lebaran hari raya yang sohih berlandaskan keterangan hadits sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullahberkata: “sanad hadits Abu Umamah adalah sanad yang baik,dan Ali bin Tsabit berkata: “Amu telah bertanya kepada Malik bin Anas rahimahullah akan hal ini dari semenjak 35 tahun yang lalu, beliau menjawab: “Masih saja kami mengetahui akan hal itu dilakukan di kota Madinah”. Lihat Kitab Al Mughni 3/294.
Sementara itu budaya tradisi ucapan dengan kata MINAL 'AIDZIN WAL FAIDZIN dengan arti MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN sangat tidak berdasar pada dalil Naqli yang jelas. Namun apabila dibahas dari segi arti bahasa kurang lebih penjelasannya seperti begini :
Dikalangan masyarakat dan media Televisi berjuta juta muslim di indonesia sering mendengar kata ini digandengkan dengan kata 'Mohon maaf lahir batin' sehingga kurang lebih Begini:
Budaya kaum muslimin di Arab ucapan yang disampaikan ketika menyambut hari Idul Fitri (yang mengikuti teladan nabi Muhammad Saw) adalah "Taqabbalallahu minna waminkum", Kemudian menurut riwayat ucapan nabi ini ditambahkan oleh orang-orang dekat jaman Nabi dengan kata-kata"Shiyamana wa Shiyamakum", yang artinya puasaku dan puasamu, sehingga kalimat lengkapnya menjadi "Taqabbalallahuminna wa minkum, Shiyamana wa Shiyamakum" (Semoga Alloh menerima amalan puasa saya dan Kamu).
Dari Riwayat tersebut Dan seperti keterangan keterangan yg dipaparkan yang benar adalah dari “Taqabbalallahu… sampai … shiyamakum”. tidak satu pun menyatakan ada istilah Minal Aizin wal Faidzin. Atau Tanpa minal Aidin wal faidzin.
Jadi mengucapkan Minal Aidin wal Faizin, jika kita mengucapkannya dengan niat ingin mencontoh kebiasaan Rosulullah/Ittiba’qauly, jatuhnya bisa menjadi Bid’ah, tapi kalau niatnya hanya untuk “Ingin mendoakan sesama Saudara seiman”, mudah-mudahan tidak salah.
Sunnah Rasululloh patut ditiru oleh setiap umat Islam termasuk dalam hal kata-kata atau ucapan yang harus disampaikan sesama saudara seiman. Selain itu pula seharusnya dalam hal ucapan perlu disadari alias dimengerti apa sebenarnya makna dibalik yang disampaikan tersebut, termasuk ucapan doa lebaran di hari Raya.
Berdasarkan kitab Al-Muhamiliyat dengan sandaran sanad kategori hasan Imam Al-Hafidz Ibn Hajar menjelaskan bagaimana kebiasaan para sahabat ketika di hari raya pada zaman Rasulullah SAW. Jubair bin Nufair mengatakan bahwa :
كان أصحاب رسول الله صلى الله عليه و سلم إذا التقوا يوم العيد يقول بعضهم لبعض تقبل الله منا ومنك
Artinya : Telah terbukti bahwa para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika bertemu pada hari ‘ied, sebagian mereka mengatakan kepada yang lain: “Taqabbalallahu minna wa minka” (semoga Allah menerima amal ibadah dari kita dan dari anda). Sumber kitab Fath Al Bari 2/446Kebiasaan yang dilakukan para sahabat Rasul tentunya perlu diikuti oleh kaum muslimin sekarang. Dan ucapan do'a yang biasa disampaikan kepada sesama mukmin lainnya itu saat pulang dari shalat ‘ied berkata kepada sebagian yang lain: “Taqabbalallahu minna wa minka”.
Sumber lain yang dapat kita ambil landasan dalil terkait ucapan lebaran hari raya yang sohih berlandaskan keterangan hadits sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullahberkata: “sanad hadits Abu Umamah adalah sanad yang baik,dan Ali bin Tsabit berkata: “Amu telah bertanya kepada Malik bin Anas rahimahullah akan hal ini dari semenjak 35 tahun yang lalu, beliau menjawab: “Masih saja kami mengetahui akan hal itu dilakukan di kota Madinah”. Lihat Kitab Al Mughni 3/294.
Sementara itu budaya tradisi ucapan dengan kata MINAL 'AIDZIN WAL FAIDZIN dengan arti MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN sangat tidak berdasar pada dalil Naqli yang jelas. Namun apabila dibahas dari segi arti bahasa kurang lebih penjelasannya seperti begini :
Dikalangan masyarakat dan media Televisi berjuta juta muslim di indonesia sering mendengar kata ini digandengkan dengan kata 'Mohon maaf lahir batin' sehingga kurang lebih Begini:
- Min, Artinya “termasuk”.
- Al-aidin, Artinya”orang-orang yang kembali”
- Wa, Artinya “dan”
- Al-faidzin, Artinya “ menang”.
Budaya kaum muslimin di Arab ucapan yang disampaikan ketika menyambut hari Idul Fitri (yang mengikuti teladan nabi Muhammad Saw) adalah "Taqabbalallahu minna waminkum", Kemudian menurut riwayat ucapan nabi ini ditambahkan oleh orang-orang dekat jaman Nabi dengan kata-kata"Shiyamana wa Shiyamakum", yang artinya puasaku dan puasamu, sehingga kalimat lengkapnya menjadi "Taqabbalallahuminna wa minkum, Shiyamana wa Shiyamakum" (Semoga Alloh menerima amalan puasa saya dan Kamu).
Dari Riwayat tersebut Dan seperti keterangan keterangan yg dipaparkan yang benar adalah dari “Taqabbalallahu… sampai … shiyamakum”. tidak satu pun menyatakan ada istilah Minal Aizin wal Faidzin. Atau Tanpa minal Aidin wal faidzin.
Jadi mengucapkan Minal Aidin wal Faizin, jika kita mengucapkannya dengan niat ingin mencontoh kebiasaan Rosulullah/Ittiba’qauly, jatuhnya bisa menjadi Bid’ah, tapi kalau niatnya hanya untuk “Ingin mendoakan sesama Saudara seiman”, mudah-mudahan tidak salah.
Namun sebagaimana landasan yang jelas tentang Dalil hadits ucapan lebaran hari raya selayaknya kita ucapkan : "TAQOBBALALLOHU MINNA WA MINKUM".
Selamat berlebaran di hari raya yang bahagia ini, dan jangan lupa untuk membaca analisis hadits shaum syawal pada situs ini.